Hak Mengajar Gereja (Magisterium)
Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15) dan juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)(untuk lebih jelasnya lihat tentang kepausan ) dan kepada Para Rasul yang lain (Mat 18:18; Lk 10:16) atas dasar inilah maka jemaatawal taat pada pengajaran para rasul (Kis 2:42). lalu apakah hak mengajar ini hanya untuk para rasul atau diwariskan kepada para penggantinya? tentu saja hak mengajar ini diwariskan sebab Yesus menjanjikan Gereja-Nya akan bertahan sampai sepanjang masa (Matius 28:20), kita tahu para rasul tidak akan bertahan sepanjang masa karena mereka adalah manusia tentu secara akal sehat pastilah wewenang itu diwariskan supaya gereja dengan pola yang sama seperti dahulu (Apostolik) tetap bertahan sepanjang masa.
(uraian sekilas tentang Tradisi Suci, lihat artikel singkat tentang Tradisi Suci )
Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15) dan juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)(untuk lebih jelasnya lihat tentang kepausan ) dan kepada Para Rasul yang lain (Mat 18:18; Lk 10:16) atas dasar inilah maka jemaatawal taat pada pengajaran para rasul (Kis 2:42). lalu apakah hak mengajar ini hanya untuk para rasul atau diwariskan kepada para penggantinya? tentu saja hak mengajar ini diwariskan sebab Yesus menjanjikan Gereja-Nya akan bertahan sampai sepanjang masa (Matius 28:20), kita tahu para rasul tidak akan bertahan sepanjang masa karena mereka adalah manusia tentu secara akal sehat pastilah wewenang itu diwariskan supaya gereja dengan pola yang sama seperti dahulu (Apostolik) tetap bertahan sepanjang masa.
Tradisi Suci
Tradisi Suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan dalam:
Tradisi Suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan dalam:
- Kis 2:42 di mana dikatakan bahwa jemaat kristen perdana bertekun dalam pengajaran para rasul, jauh sebelum tulisan-tulisan Perjanjian Baru sendiri lahir. Jadi kehidupan iman Gereja tidak terbatas pada buku saja,tetapi juga pada ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan.
- 1 Kor 15:3 di mana dikatakan oleh Paulus bahwa kebenaran tentang Yesus Kristus dia terima sendiri (jelas secara lisan)
- 2 Tes 2:15 dimana Paulus menasehati umatnya: "Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik itu secara lisan maupun secara tertulis." Ajaran-ajaran yang tidak tertulis semacam itulah yang kita sebut Tradisi.
- Yoh 21:25 yang berbunyi: "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi jikalau sernuanya itu harus dituliskan satu per satu. maka agaknya dunia ini tidak memuat semua kitab yang harus ditulis itu." Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan penulisan injilnya bukanlah untuk mendaftar semua ajaran kristen atau membuat daftar lengkap dari ucapan dan perbuatan Yesus. Yang dia tulis hanyalah hal-hal yang paling mendasar untuk keselamatan manusia. Hal yang sama kiranya berlaku untuk kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya.
- "Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang." (Yoh 16:12-13) Bagaimana Roh Kudus akan membimbing kepada keseluruhan kebenaran jika karyanya dibatasi oleh Tradisi yang sudah dibukukan dalam alkitab.
(uraian sekilas tentang Tradisi Suci, lihat artikel singkat tentang Tradisi Suci )
Dari
uraian mengenai Tradisi - Kitab Suci - Magisterium jelaslah bahwa Dari
uraian di atas nampak betapa eratnya hubungan Tradisi dan Alkitab. Oleh
karena itu Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan
dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari
Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih
dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu
ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati
Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab. dan
dalam menafsirkan Tradisi & Alkitab Gereja Yesus Kristuslah yang
mendapat wewenang untuk mengajar dan wewenang untuk mengajar soal-soal
iman dan susila ada di tangan para uskup sebagai pewaris sah para rasul
dengan paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. mengapa? sebab
dalam 2 Pet 3:15-16 diingatkan bahwa Alkitab sangat sulit untuk
dimengerti sehingga butuh wewenang khusus untuk menafsirkannya dan
wewenang itu ada ditangan Gereja yang sudah diberi wewenang oleh Yesus
sendiri.
0 comments:
Post a Comment